Sabtu, 01 November 2014

Mesin Dan Alat Pada Proses Pembuatan Pupuk Kompos



Mesin Dan Alat Pada Proses Pembuatan Pupuk Kompos


Pada kali ini saya akan memberikan sedikit informasi mengenai mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah organik menjadi pupuk. Banyak proses yang harus dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama agar proses tersebut bisa menjadi pupuk.

Sampah organik diyakini sebagai penyumbang terbesar meningkatnya akumulasi sampah berbagai kota di Indonesia karena umumnya sampah organik merupakan komposisi sampah terbesar, yakni sekitar 60-70%. Dilatarbelakangi oleh semakin terbatasnya lahan yang tersedia untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) maka perlu dilakukan upaya-upaya mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA dimulai dari sumbernya (rumah tangga). Salah satu upaya mengurangi sampah yang dibuang ke TPA dapat dilakukan melalui pemanfaatan sampah organik dengan metode pengomposan.


Pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan non-organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme berupa bakteri, jamur, juga insekta dan cacing. Sistem pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain menghasilkan produk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan baku alami. Selain itu, masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal. Unsur hara dalam pupuk kompos ini juga bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan serta dapat mengembalikan unsur hara dalam tanah sehingga tanah akan kembali produktif.


Berikut ini adalah proses pengolahan sampah organik

1.      PERSIAPAN BAHAN
Sampah yang diolah untuk dapat digunakan sebagai pupuk organik adalah semua bahan / sampah yang bersifat organik. Sampah yang berupa plastik, kaleng, atau kaca tidak dapat digunakan. Beberapa bahan yang dibutuhkan untuk proses pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :
·         Semua jenis sampah organik
·         Kotoran sapi / kerbau / kambing
·         Bio-activator / MOL
·         Bahan pelengkap :  air kelapa, gula jawa (sebagai nutrisi mikroba)



2.      PERSIAPAN ALAT / MESIN
-    Persiapan Mesin Pencacah Sampah / Jerami :
·         Pastikan mesin dalam keadaan bersih
·         V-belt terpasang dengan baik (tidak kendor maupun terlalu kencang)
·         Ketersediaan air dan bahan bakar solar pada motor diesel
-          Persiapan Mesin Pengendapan Sampah Organik :
-          Alat Pengayakan

Perlengkapan :
·         Sekop
·         Penyemprot air manual
·         Plastik / Terpal 



 3. CARA PEMBUATAN
•          Larutkan bio-activator (0.1 % dari total sampah) dengan air sumur sebanyak (25 X jumlah bio-activator), tambahkan air kelapa dan gula jawa sebanyak (0.05% dari jumlah sampah). Aduk hingga rata dan diamkan 2 – 4 jam (LARUTAN A).


•          Cacah sampah organik
•          Masukkan sampah cacahan ke dalam komposter
•          Percikkan LARUTAN A ke dalam sampah cacahan hingga lembab.
•          Campurkan “bulking agent” (3 % dari jumlah sampah)


Mesin Shredder adalah mesin yang berfungsi untuk mencacah dan menghancurkan ranting, dahan pohon, dsb. Cocok untuk pengolahan sampah organik dan pembuatan pupuk organik.
Spesifikasi :
  • Panjang : 124 cm
  • Tinggi : 93 cm
  • Lebar : 85 cm
  • Transmisi : Pulley
  • Rangka UNP 60
  • Penggerak : Diesel 8 PK




4. PROSES PENGENDAPAN



Masukkan bahan –bahan yang tadi ke dalam tank pengendapan lalu Aduk hingga rata selama 15-60 menit/ hari salanjutnya diamkan selama 7-14 hari, sampai dinyatakan bahwa sampah telah menjadi kompos. Setelah sampah sudah menjadi kompos, angin-anginkan selama 1 – 2 hari, jangan terkena sinar matahari langsung.



5. PROSES PENGAYAKAN

Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik. Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya.




2 komentar:

  1. ukuran alat pembuat pupuk kompos sepertinya cukup besar juga ya, butuh truk tambang nih untuk membawanya.

    BalasHapus
  2. buat yang kecil aja bro,, DIY barang2 nya
    hehe

    BalasHapus