KELISTRIKAN DAN
KESELAMATAN LIFT
Pada lift sistem pengamannya lebih
banyak, baik pengaman mekanik maupun pengaman sistem kelistrikan serta pengaman
manusia. Selain itu ruang gerak untuk pekerjaan pemeliharaan lift lebih kurang
leluasa. Pekerjaan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pada sistem mekanik,
sistem kelistrikan dan sistem keamanan manusia serta kesehatan dan keselamatan
kerja
Definisi :
Lift
adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang
atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi;
biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah
biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift pada zaman modern
mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih penumpangnya sesuai lantai tujuan
mereka, Terdapat tiga jenis mesin, yaitu Hidraulik, Traxon atau katrol tetap,
dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian,
yaitu hoist dorong dan hoist tarik.
system safety lift dan fungsinya :
Circuit
braker, berfungsi :
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub
panel) ke panel control lift.
Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi
arus lebih (over current).
Governoor, berfungsi
:
Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift
jika governor mendeteksi terjadinya overspeed
(kecepatan lebih) pada traffict lift(putaran roda pulley
governoornya).
Menjepit sling governor (catching). Secara
mekanik bandul governor akan menjepit sling governor
(rope governor) dan dengan terjepitnya sling ini.
Maka sling ini akan menarik safety wedge pada unit
safety gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan mencengkaram
rail untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift.
Final limit
switch (upper/bagian atas), berfungsi :
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi
lift jika limit switch (upper) gagal beroperasi.
Limit switch
(upper/bagian atas), berfungsi :
Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas
travel lantai tertingginya.
Emergency
exit (manhole),
berfungsi :
Penumpang dapat di tolong/evakuasasi dari dalam
sangkar melalui manhole ini pada saat emergency. Manhole ini hanya dapat di
buka dari sisi luar bagian atas, jika pintu ini terbuka lift otomatis akan
berhenti.
Emergency
light (lampu emergency), berfungsi :
Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika
terjadi pemdaman sumber listrik. Lampu ini dapat bertahan rata-rata sampai
dengan 15 menit.
Safety
gear/safety wedge, berfungsi :
Melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika governor
mendeteksi terjadinya over speed.
Limit switch
(Lower/bagian bawah), berfungsi :
Menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai
terendahnya.
Final limit
switch (lower/bagian bawah), berfungsi :
Merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi
lift jika limit swich gagal beroperasi.
Lubang kunci
pintu luar, berfungsi :
Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift
yang memungkinkan untuk di buka jika ingin melakukan pertolongan darurat pada
penumpang jika terjadi emergency.
Door lock
switch, berfungsi :
Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang
beroperasi (running). Pintu hanya dapat di buka setelah sangkar berhenti.
Interphone, berfungsi
:
Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi
(building maintenance) di ruang mesin, ruang control atau ruang security jika
terjadi pemdaman listrik atau hal emergency.
Safety shoe, berfungsi
:
Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan
membuka kembali jika mendeteksi sesuatu. Photocell dapat di gunakan secara
bersamaan safety shoe ini.
Weighing
Device (pendeteksi beban), berfungsi :
Memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada saat
weighing device ini mendeteksi beban sangkar
yang berlebih.jika weighing device ini aktif pintu lift akan tetap
terbuka sampai dengan sangkar di kurang bebannya.
Apron, berfungsi
:
Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang
luncur lift) pada saat penumpang mencoba keluar ketika lift berhenti tidak
level.
Buffer, berfungsi
:
Jika sangkar atau counter weight (beban penyeimbang)
bergerak kearah paling bawah, buffer akan mengurangi terjadinya shock
(guncangan).
1.
Pembangkit Tenaga Listrik
Elevator
Sistem Motor Traksi
Desain Elevator ini menggunakan motor listrik, tali,
dan counterweight bukan peralatan hidrolik. Rel panduan utama sudah terpasang
pada setiap sisi kotak penumpang (box) dan sepasang tambahan rel
penyeimbang terletak pada satu sisi atau di belakang. Mesin diarahkan, bersama
dengan peralatan drive terkait, umumnya terletak di atas hoistway di ruang
mesin penthouse. Dalam beberapa situasi terbatas, dapat terletak di sebelah
hoistway pada pendaratan lebih rendah. Pengaturan yang terakhir ini disebut
sebagai traksi basement.
Motor
digerakan oleh listrik AC atau DC.
Mesin roda gigi cacing untuk mengontrol gerakan
mekanik kabin lift dengan “rolling” baja hoist tali melalui puli katrol
penggerak yang melekat ke gearbox digerakkan oleh motor kecepatan tinggi. Mesin
ini umumnya pilihan terbaik untuk bangunan tinggi yang menyediakan ruang
bawah tanah dan penggunaan traksi overhead untuk kecepatan hingga 500 ft /
menit (2,5 m / s)memungkinkan kontrol kecepatan yang akurat dari motor, untuk
kenyamanan penumpang, sebuah kerekan DC motor didukung oleh AC / DC
motor-generator (MG) adalah seperangkat solusi yang diinginkan dalam lalu
lintas tinggi instalasi lift selama beberapa dekade . MG set juga biasanya
didukung pengontrol relay dari lift, yang memiliki keuntungan tambahan elektrik
mengisolasi lift dari seluruh sistem listrik sebuah bangunan, sehingga
menghilangkan lonjakan daya sementara dalam pasokan listrik bangunan yang
disebabkan oleh motor start dan stop (menyebabkan redup pencahayaan
setiap kali lift digunakan misalnya), serta gangguan pada peralatan listrik
lain yang disebabkan oleh lengkung dari kontaktor relay di sistem kontrol.
Mesin traksi
gearless
Mesin traksi dengan roda non gigi, putaran torsi
motor listrik didukung baik oleh AC atau DC. Dalam hal ini, puli katrol
penggerak langsung melekat ke ujung motor. Lift traksi gearless dapat mencapai
kecepatan hingga 2.000 ft / menit (10 m / s), atau bahkan lebih tinggi. Rem
listrik terpasang antara motor dan drive sheave (atau gearbox) untuk menahan
lift diam di lantai. Rem ini biasanya tipe Drum eksternal dan digerakkan oleh
gaya pegas dan ditahan terbuka elektrik, listrik mati akan menyebabkan rem
untuk bekerja dan mencegah lift jatuh (lihat keselamatan melekat dan
teknik keamanan).
DC Motors yg
digunakan pada Elevator
- M-G Set (motor/generator)
Sebuah motor-generator (MG set atau dynamotor untuk
dinamo-motor) adalah perangkat untuk mengkonversi daya listrik ke bentuk lain.
Motor-generator set yang digunakan untuk mengkonversi frekuensi, tegangan, atau
fase.
Satu set motor generator yang dapat terdiri dari 2
motor yang berbeda yg digabungkan bersama-sama, satu unit motor-generator
memiliki dua kumparan rotor dari motor dan pembangkit sekitar rotor tunggal,
dan kedua kumparan berbagi bidang yang sama atau magnet.
- The Silicon-Controlled Rectifier (SCR) –DC
Kecepatan motor DC dapat dikendalikan dengan
menggunakan SCR di AC sirkuit seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. A
dan B SCR penyearah, tegangan o / p transformator T1 dan mengaplikasikan
tegangan DC berdenyut ke gulungan dinamo dan penyearah “C” memasok tegangan
mirip dengan motor berliku lapangan. O / p dari SCR penyearah dapat dikendalikan
dengan mengendalikan arus masuk ke gerbang SCR. Jadi, cara SCR ini dapat
beroperasi pada berbagai tingkat konduksi dengan menerapkan tegangan
bervariasi ke dinamo motor, cara ini dapat megendalikan kecepatan motor DC.
Jika perilaku SCR untuk jangka waktu yang lama tegangan lebih diterapkan ke
gulungan dinamo dan kecepatan meningkat motor. Untuk kasus berikutnya tindakan,
operasi akan menjadi sebaliknya dengan yg dpt tembus.
- PWM-DC
Metode Pulse Width Modulation (PWM) adalah metode yang
cukup efektif untuk mengendalikan kecepatan motor DC. PWM ini bekerja dengan
cara membuat gelombang persegi yang memiliki perbandingan pulsa high terhadap
pulsa low yang telah tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga 100%.
Gelombang persegi ini memiliki frekuensi tetap (biasanya max 10 KHz) namun
lebar pulsa high dan low dalam 1 periode yang akan diatur. Perbandingan pulsa
high terhadap low ini akan menentukan jumlah daya yang diberikan ke motor DC.
Untuk menjalankan motor DC dengan PWN tidak dapat digunakan relay, melainkan
harus digunakan rangkaian driver motor DC lainnya. Rangkaian ini yang paling
sederhana berupa transistor yang disusun secara Darlington. Apabila diinginkan
motor DC dapat bergerak 2 arah, maka diperlukan menyusun rangkaian H-Bridge.
Selain transistor, dapat juga digunakan IC driver motor DC khusus. Anda dapat
juga menggunakan modul driver motor DC yang siap pakai untuk mikrokontroler.
AC Motors
- Variable Voltage
- V V V F Inv. (V/Hz) Open/Closed Loop
- Vector Control Inv. Open/Closed Loop
- Synchronous PM Inv. Closed Loop
- Regen or Non-Regen
2.
Pedoman dan Keselamatan
Kontrol
Elevator
Lift pada awalnya tidak memiliki posisi pendaratan
otomatis. Lift dioperasikan oleh operator lift menggunakan kontroler motor.
Kontroler ini terkandung dalam wadah silinder tentang ukuran dan bentuk wadah
kue dan ini dioperasikan melalui pegangan memproyeksikan. Hal ini memungkinkan
kontrol atas energi yang dipasok ke motor (terletak di bagian atas poros lift
atau di samping bagian bawah poros lift) dan sebagainya memungkinkan lift yang
akan akurat diposisikan – jika operator itu cukup terampil. Lebih biasanya
operator harus “jogging” kontrol untuk mendapatkan lift yang cukup dekat dengan
titik pendaratan dan kemudian mengarahkan penumpang keluar dan masuk untuk
“melihat langkah”. Beberapa lift barang tua dikendalikan oleh switch
dioperasikan dengan menarik tali yang berdekatan. Keselamatan Interlocks
memastikan bahwa pintu dalam dan luar ditutup sebelum lift diperbolehkan untuk
bergerak. Sebagian besar lift yang dikendalikan secara manual yang lebih tua
telah dipasang dengan kontrol otomatis atau semi-otomatis.
Lift otomatis mulai muncul pada awal 1930-an . Sistem
elektromekanis ini menggunakan sirkuit logika relay untuk mengontrol
kecepatan, posisi dan operasi pintu elevator atau kabin dari lift. Sistem Otis
Autotronik dari awal 1950-an membawa sistem prediksi awal yang dapat
mengantisipasi pola lalu lintas dalam bangunan untuk menyebarkan gerakan lift
dengan cara yang paling efisien. Relay yang dikendalikan sistem lift tetap umum
sampai tahun 1980-an, dan penggantian bertahap sistem ini dengan solid-state
kontrol berbasis mikroprosesor yang sekarang menjadi standar
industri lift.
BRAKE CONTROL
Lift menggabungkan beberapa fitur keamanan untuk
mencegah kabin menabrak bagian bawah shaft. Pengaman diinstal pada kabin
bisa mencegah jenis kecelakaan yg terjadi ketika rem motor gagal atau tali
kawat cangkang tiba2 putus Namun, desain yang melekat pada pengaman kabin
dibuat untuk tidak berlaku ke arah atas.
Dalam arah ke atas, rem motor diperlukan untuk
menghentikan kabin ketika kondisi darurat terjadi. Dalam operasi normal, rem
motor hanya berfungsi sebagai rem parkir untuk menahan kabin saat berhenti.
Namun, ketika kondisi darurat terdeteksi, desain kontrol lift sistem moderen hanya
mengandalkan rem motor untuk menghentikan kabin.
Electrical
Braking (Rem pada Motor Electric)
- DC injection braking.
- Plugging.
- Eddy current braking.
- Dynamic resistor braking.
- Regenerative braking.
GOVERNOR ROPE MONITOR
Tali governor pada lift disediakan dengan rem
tambahan yang merupakan rem fail safe dan yang beroperasi untuk menghentikan
gerakan tali governor ketika mobil lift bergerak dari pendaratan dengan pintu
terbuka. Rem ini mencakup dua rahang gripper tali di ruang mesin di bawah sheave
governor, yang rahang diadakan jauh dari tali governor oleh solenoid selama
listrik tersedia untuk memberi energi solenoida. Bila catu daya ke solenoida
terganggu, rahang yang dirilis jatuh oleh gravitasi terhadap satu sama lain
untuk pegangan tali governor. Rem mobil darurat dengan demikian tersandung dan
pergerakan mobil berhenti. Rem juga dapat diberikan untuk mengendalikan tali
penyeimbang governor.
BACK OUT OF OVER TRAVEL SWITCH
Overtravel (posisi di luar jarak pengoperasian)
aktif aktuasi kadang-kadang terjadi pada lift tambang. Banyak faktor
dapat menyebabkan hal ini terjadi seperti perubahan suhu, overloading
dari alat angkut, peregangan tali, atau berhenti darurat. Limit switches,
peralatan ini dipasang pada lantai paling bawah dan paling atas. Peralatan ini
untuk mencegah terjadinya over travel lift baik saat lift naik maupun saat lift
turun.
3.
Undang-undang Yang Mengatur tentang
LIFT
Khusus untuk lingkungan kerja yang berhubungan dengan
lift, UU No.1 tahun 1970 dalam hal ini menyebutkan pada Bab II pasal 2 ayat (2)
huruf f “dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air, maupun di udara;”. Kemudian
syarat-syarat keselamatan lift pengangkut orang dan barang diatur dalam Permen
no.03/Men/1999Berikut ini Undang-Undang dan peraturan yang mengatur
penyelenggaraan lift:
- UU No.1 tahun 1970, tentang persyaratan keselamatan kerja
- PP No.23 tahun 2004, tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi
- Permen No.03/MEN/1978, tentang penunjukan dan kewenangan Ahli K3
- SNI-1718-1989, tentang pemeriksaan dan pengujian lift
- Permen No.03/MEN/1995, tentang syarat-syarat penunjukan Perusahaan jasa K3 (PJK3)
- Permen No.03/MEN/1998, tentang tata cara pelaporan kecelakaan kerja
- Permen No.03/MEN/1999, tentang syarat-syarat keselamatan lift pengangkut orang dan barang
- Permen No.407/BW/1999, tentang persyaratan teknisi lift
- Permen No.07/MEN/2006, tentang ijin mempekerjakan tenaga kerja Asing (IMTA)
Hal-hal yang
perlu diperhatikan keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan kerja lift
adalah:
- Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, pengawasan dilakukan pada
saat penyerahan gambar rencana. lebih ditekankan pada fungsi dan kegunaan lift
tersebut sesuai dengan perhitungan traffic analysis yaitu perhitungan jumlah,
kapasitas dan kecepatan lift dalam suatu gedung yang disesuaikan dengan jumlah
dan populasi pengguna. sedangkan gambar rencana meliputi gambar konstruksi
lengkap dengan detailnya, perhitungan konstruksi, spesifikasi dan sertifikasi
material (Permen No.03/MEN/1999 Bab III Pasal 24 ayat (2)dan (4)).
- Pemasangan
Tahap pemasangan, tahap assembling dari semua
peralatan yang telah direncanakan dan diproduksi sesuai gambar rencana. Yang
perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah:
- Dipasang oleh perusahaan yang memiliki surat ijin instalatur
- Memiliki surat ijin pemasangan
- Pemasangan diawasi oleh supervisor yang kompeten dan memiliki SIO (Surat Ijin Operasi) penyelia pengawas pemasangan lift
- Pemasangan dilaksanakan oleh teknisi yang memiliki SIO adjuster.
- Dilaksanakan pemeriksaan dan pengujian oleh perusahaan riksa uji (PJK3 Riksa Uji) dan disahkan oleh pengawas yang ditunjuk sebelum pesawat tersebut dipakai.
- Pengoperasian
Setelah pesawat lift selesai dipasang dan telah
memiliki surat ijin pemakaian lewat serangkaian riksa uji, maka pesawat lift
tersebut layak untuk digunakan. berikut ini hal-hal yang perlu dilaksanakan
agar pengoperasian pesawat lift dapat berjalan dengan baik dan aman (setiap
saat).
- Pengoperasian dikelola dan diawasi oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO sebagai penyelia pengawas operasi lift.
- Dipergunakan dan dioperasikan dengan benar
- Dirawat dan diperbaiki secara benar oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO perawatan dan perbaikan
- Memiliki manajemen kondisi darurat
Sumber :
- http://blogtukanglistrik.blogspot.com/2009/08/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-lift.html
- https://erdon.wordpress.com/2012/03/30/pengenalan-sistem-instalasi-elevator-lift/